Masa remaja adalah masa transisi
ketika anak akan menjadi dewasa. Masa itu juga dianggap masa yang paling
indah. Mengapa indah? Karena pada masa itu biasanya anak mulai mengenal lebih
dekat lawan jenisnya. Bisa jadi muncul cinta pertama. Deg-degan, berjuta
rasa, bercampur aduk. Ingatan itu akan membekas hingga dewasa. Maupun agak norak tapi ada kelucuan
di sana. Namun kadangkala masa remaja bisa Juga menjadi rawan. leni lama
apabila remaja salah Jalan, baik dalam pergaulan atau cinta monyetnya.Psikolog
masalah remaja Roslina Verauli mengatakan, masa remaja dulu dan sekarang sudah
mengalami perubahan alias beda. Sehingga orangtua harus mau berubah untuk
menyikapi perubahan itu. Jika gagal, akan ada gap yang besar antara orangtua dan
anak, yang menyebabkan terhalangnya komunikasi dan kedekatan.
|
Terlebih kondisi orangtua dulu dan
sekarang Juga mengalami perubahan. Misalnya ayah dan Ibu yang kini bekerja
hingga malam, yang seringkali pulang ke rumah dalam keadaan lelah.Untuk
menyingkapl kondisi Itu, orangtua dituntut pintar, banyak menggali Informasi
lewat lnternet, baca buku, untuk mengetahui perkembangan kini dunia anak-anak
dan remaja.
Perubahan cara berkomunikasi lewat
teknologi Juga terus terjadi. Kini sedang booming adanya Jejaring pertemanan
seperti Jacebook. twltter, dan lainnya. Sebelum era Jacebook, saat Internet
mulai dikenal, masalah remaja adalah kegemaran membuka situs porno. Kini,
selain masalah situs porno. Juga ditambah Jacebook (FB).Ada remaja yang
menyingkapl FB dengan positif, ada Juga yang negatif. Misalnya ada remaja yang
cuma memanfaatkan FB untuk memberikan komentar-komentar lucu, naksir teman di
kelas, atau ingin lebih tahu mengenal orang yang ditaksir, dan sebagainya.
Hanya sebatas itu.
Sementara yang negatif adalah FB
digunakan untuk menciptakan ketergantungan kepada orang yang dikenalnya di
Jejaring itu. sehingga akhirnya mau melakukan apa pun karena rasaketergantungan
itu. Misalnya kabur dari rumah atau berhubungan Intim dengan teman yang baru
dikenalnya di FB.”Biasanya remaja yang seperti Itu kesepian, tidak bergaul
dengan teman sebaya. gagal menampilkan eksistensi, sehingga ketika ada teman di
FB yang dianggap bisa digebet, menjadi ketergantungan dan mau saja diajak apa-apa.”
kata Vera saat menjadi pembicara dalam talkshow Saatnya para remaja menunjukkan
eksistensi diri melalui fotografi.
Orang tua memang tidak bisa
melarang anak remajanya membangun pertemanan, termasuk menjalin kedekatan
dengan lawan Jenis. Pasalnya, manfaat yang bisa diambil Juga banyak. Menjalin
hubungan dengan lawan Jenis pada remaja dan dewasa Juga ada perbedaan.Pada
remaja, hubungan Ini lebih untuk bersenang-senang [having Jun), dan biasa
dilakukan berkelompok. Misalnya rekreasi, nonton bareng, makan bareng,
melakukan hobi bersama, belajar bersama. Manfaat lain dari hubungan ini. remaja
belajar mengembangkan rasa sosial, belajar mengenal Upe-Upc orang, etiket
berhubungan dengan lawan Jenis, dan membangun kedekatan dengan seseorang, dengan
saling percaya, berbagi, dan membuka diri.
Pada anak yang punya konsep
positif, dalam berhubungan dengan lawan Jenis (pacaran) tidak akan mau
melakukan tindakan yang merugikan. Misalnya berhubungan badan, kabur dari
rumah, serta tindakan negatif lainnya. Beda dengan remaja yang tidak punya
konsep positif. Rasa ketergantungan terhadap pasangannya begitu kuat, sehingga
mau melakukan hal apa pun. baik yang merugikan ataupun tidak.
1.1 Latar Belakang
Masa remaja sering dikenal dengan
istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru
mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri
dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di
lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya.
Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan
terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat
diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia
tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para
remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih
terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para
remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang
dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang
disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau
mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak
dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood
swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa
remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
2.1 Pengertian
Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur
belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi
tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia
dari anak-anak menuju dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.
Menurut psikologi, remaja adalah
suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang
dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun
hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat,
pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan
perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan
pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak,
dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.
Remaja memiliki tempat di antara
anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum
juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon
(dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat
transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak
lagi memiliki status anak.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock
(2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan
transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh
para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu :
a. 12-15
tahun
b. Masa
remaja awal 15-18 tahun
c. Masa
remaja pertengahan 18-21 tahun
d. Masa
remaja akhir.
2.2 Psikologi
Remaja
Ciri
perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledak-ledak, sulit
dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan
memberontak. Emosi tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang
senang dialami remaja. Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan
pada keadaan emosi remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja masih labil karena erat
dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih sekali, dilain waktu dapat
marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri sendiri daripada
pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja dikarenakan tuntutan orang tua
dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja untuk menyesuaikan diri dengan
situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir sama dengan yang dikemukakan
oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi akan mempengaruhi
cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya ketegangan emosional
yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap harapan masyarakat
yang berlainan dengan dirinya.
Menurut Mappiare (dalam Hurlock, 1990) remaja mulai
bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah orang
lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau
dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja, terjadi kekuatan mental, peningkatan
kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat dan memahami, serta terjadi
peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
2.3 Kenakalan
Remaja
Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang
melanggar norma, aturan atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia
remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa.
Sedangkan Pengertian kenakalan
remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
a.Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan
suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang
oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
b.Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok
tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
c.Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan
perlindungan bagi sosial.
Faktor pemicunya, menurut sosiolog Kartono, antara lain adalah gagalnya
remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga
karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak
dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood
swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa
remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan
ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah,
melanggar jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti
vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan
sebagainya.
Dalam batasan hukum, menurut Philip Rice dan Gale Dolgin, penulis buku
The Adolescence, terdapat dua kategori pelanggaran yang dilakukan remaja, yaitu:
a. Pelanggaran indeks, yaitu munculnya tindak kriminal
yang dilakukan oleh anak remaja. Perilaku yang termasuk di antaranya adalah
pencurian, penyerangan, perkosaan, dan pembunuhan.
b. Pelanggaran status, di antaranya adalah kabur dari
rumah, membolos sekolah, minum minuman beralkohol di bawah umur, perilaku
seksual, dan perilaku
yang tidak mengikuti peraturan sekolah atau orang tua.
CONTOH-CONTOH
KENAKALAN REMAJA
1. Tawuran Antar Pelajar
Tawuran pelajar saat ini
sudah menjadi momok bagi masyarakat. Perilaku tawuran pelajar bukan hanya
mengakibatkan kerugian harta benda atau korban cedera tapi sudah merenggut
ratusan nyawa melayang sia-sia selama sepuluh tahun terakhir.
Beberapa tahun lalu beberapa siswa dari sebuah
sekolah swasta ditangkap polisi karena membacok siswa SMK 5 Semarang. Mereka
terancam dikeluarkan dari sekolah dan dihukum penjara. Wali Kota Sukawi Sutarip
mendukung bila sekolah mengeluarkan siswa yang terlibat tawuran. Bahkan ia
mengatakan, semua sekolah di Semarang tidak boleh menerima siswa itu lagi.
Akankah tindakan represif semacam itu akan menyelesaikan masalah?
Maraknya tawuran pelajar dipicu
oleh banyak faktor. Pada tingkat mikro, rendahnya kualitas pribadi dan sosial
siswa mendorong mereka berprilaku yang tidak pronorma. Pada tingkat messo,
buruknya kualitas dan manajemen pendidikan mendorong rasa frustasi anak yang
dilampiaskan pada tindakan negatif, termasuk tawuran. Di tingkat makro, persoalan
pengangguran, kemiskinan, dan kesulitan hidup memberi sumbangan tinggi bagi
terbentuknya masyarakat (termasuk siswa) yang merasa kehilangan harapan untuk
hidup layak.
Beragam “prestasi buruk” selama ini
menghadapkan pendidikan pada pertanyaan mendasar tetapi sangat fundamental :
Sejauh mana efektivitas pendidikan bagi peningkatan kualitas siswa? Pertanyaan
mendasar tersebut layak dikedepankan mengingat sumbangsih pendidikan bagi
masyarakat belum terlihat secara kasat mata. Padahal “investasi” yang diserap
dunia pendidikan sangat besar. Pendidikan belum berhasil menjadi solusi bagi
kesejahteraan hidup manusia, tetapi sebaliknya
menciptakan masalah bagi masyarakat.
Salah satu masalah yang dihadapi
pendidikan adalah kurikulum yang dianggap terlalu berat dan membebani siswa.
Kuatnya campur tangan pemerintah dalam dunia pendidikan ditengarai pada
dominannya pemerintah dalam penyusunan kurikulum. Di samping itu, banyak pihak
yang ingin memasukan “kepentingannya” dalam kurikulum pendidikan. Departemen
Koperasi ingin ada pelajaran tentang koperasi, pengusaha industri ingin ada
pelajaran teknis kerja, serikat buruh ingin ada pelajaran tentang buruh.
Akibatnya batok kepala siswa menjadi “keranjang sampah” bagi beragam
kepentingan.
Banyaknya bidang kajian menjadikan substansi
pengetahuan menjadi sedikit, tetapi terlalu montok. Akhirnya kita lupa, bahwa
apa yang dipelajari siswa “tidak bermanfaat”. Sudah sumpeg, metode
pembelajarannya pun represif. Modus pembelajaran yang monolog oleh guru terasa
benar miskin makna. Yang dimaksud cerdas oleh guru adalah besarnya daya ingat
siswa terhadap segudang informasi, seperti halnya ketangkasan cerdas cermat.
Saat ini mulai berkembang paradigma
baru tentang “pendidikan yang menyenangkan, seperti model quantum learning.
Dalam quantum learning pelajaran sekolah tidak menjadi beban bagi siswa.
Pendidikan disesuaikan dengan ranah berpikir siswa. Jadi bukannya siswa yang
“dipaksa” mengikuti pelajaran sesuai kemauan guru, termasuk dalam hal penilaian
benar-salah. Guru yang harus “masuk” ke dalam ranah berpikir siswa, menyelami
apa pemikiran, kehendak, dan jiwa siswa. Dalam quantum learning, guru tidak
bisa dengan otoriter memaksakan pendapatnya paling benar. Tetapi siswa
dilibatkan untuk mengkaji kebenaran nilai-nilai itu dan perbedaan pendapat
tidak dilarang.
2. Merokok
Remaja
cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar. Studi menunjukkan bahwa siswa
lebih mungkin untuk merokok daripada orang dewasa. Apalagi berdasarkan hasil
riset terbaru mengatakan bahwa remaja merokok setiap tahun semakin meningkat.
Pada umumnya mereka mengaku sudah mulai merokok antara usia 9 hingga 12 tahun.
Saat ini
terdapat 1.100 juta penghisap rokok di dunia yang 45% masih pelajar. Tahun 2025
diperkirakan akan bertambah hingga mencapai 1.640 juta remaja. Setiap tahunnya,
diperkirakan 4 juta orang meninggal dunia karena kasus yang berhubungan dengan
tembakau. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1999, sekitar
250 juta anak-anak di dunia akan meninggal karena tembakau apabila konsumsi
tembakau tidak dihentikan secepatnya.
Menurut
survei di beberapa SMP di Jakarta, setiap siswa di sekolahnya mulai mengenal
bahkan mencoba merokok dengan presentase 40% sebagai perokok aktif yang terdiri
atas 35% putra dan 5% putri. Dan berdasarkan pemantauan lanjutan dari para
pelajar yang merokok itu sebanyak 25% Drop Out.
Kebiasaan
merokok bagi para pelajar bermula karena kurangnya informasi dan kesalahpahaman
informasi, termakan iklan atau terbujuk rayuan teman. Diperoleh dari hasil
angket Yayasan Jantung Indonesia sebanyak 77% siswa merokok karena ditawari
teman. Sehingga tanpa mereka sadari racun berlahan menggerogoti tubuhnya.
Selain itu kebiasaan merokok pada orang tua berpengaruh besar pada anak-anaknya
yang berusia remaja. Keluarga yang terbiasa dengan perilaku merokok atau tidak
melarang perbuatan tersebut, sangat berperan untuk menjadikan seorang anak
menjadi perokok dibandingkan dengan keluarga yang bukan perokok. Beberapa
penelitian melaporkan, anak yang kedua orang tuanya merokok kemungkinan besar
akan menjadi perokok juga, terlebih jika saudara kandung yang lebih tua seorang
perokok, anak-anak tersebut memiliki risiko empat kali lipat untuk menjadi
perokok.
Sangat mudah bagi anak untuk meniru
kebiasaan merokok. Mengingat di negara kita kebiasaan merokok adalah suatu
kebiasaan yang sudah sangat mengakar di berbagai golongan masyarakat, di mana
pun tempatnya, kapan pun waktunya kita akan sangat mudah menjumpai orang-orang
yang sedang merokok.
Bahaya merokok bagi
pelajar diantaranya dapat meningkatkan resiko kanker paru-paru dan penyakit
jantung di usia yang masih muda. Selain itu kesehatan kulit tiga kali lipat
lebih beresiko terdapat keriput di sekitar mata dan mulut. Kulit akan menua
sebelum waktunya atau biasa disebut penuaan dini. |
Dari segi reproduksi, merokok di
usia dini bisa menyebabkan impotensi dan mengurangi jumlah sperma pada pria dan
mengurangi tingkat kesuburan pada wanita.
Jangan menganggap merokok bisa
membantu menghilangkan stress saat ujian. Bukti medis menunjukkan bahwa merokok
tidak menenangkan. Ini hanya efek sementara nikotin yang memberikan rasa tenang
sesaat. Setelah itu jika sudah selesai merokok stress akan kembali lagi.
Tetapi jika kamu sudah merokok,
carilah waktu untuk berhenti secepatnya dari kebiasaan buruk itu. Ingat semua
efek buruk dari rokok karena bahaya merokok bagi pelajar jauh lebih fatal.
Mulai belajar hidup sehat dan
teratur. Setahap demi setahap hilangkan kebiasaan buruk yang bisa menimbulkan
bahaya kesehatan yang kronis. Siapa bilang hidup sehat itu sulit? Hidup tanpa
rokok berarti hidup tanpa racun.
3. Balapan Liar
Pada jaman sekarang ini
di era globalisasi, banyak hal yang berubah contoh kecilnya adalah pergaulan
remaja yang agak tercoreng dan tidak ada batasnya lagi, banayak di kalangan
remaja melakukan hal-hal yang negatif yang merugikan buka hanya merugikan
dirinya tetapi merugikan juga bagi orang lain . contohnya balapan liar karena
remaja masa mempunyai jiwa keinginn tauaan yang cukup tinggi terpengaruh dari
film atau sekedar ingin mencari nama dan di bilang jagoan saja!, Kenakalan
remaja dapat di golongkan menjadi kegiatan yang meyimpang atau kegiatan yang
negaatif yang merugikan dirinya dan orang lain, kegiatan balap liar yang
dilakukan kalangan remaja ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, justru
bagi masyarakat kalangan bawah balapan liar merupakan hiburan tersendiri,
Sebagian besar pelaku balap liar ini justru bukannya golongan menengah tapi
golongan bawah. Remaja yang berasal dari keluarga golongan bawah/keluarga
miskin ini adalah pelaku dari balapan liar, Mulai dari motor curian sampe ylari
motor orangtuanya yang belum lunas, juga sah-sah saja buat mereka, yang penting
mereka mendapatkan tepuk tangan dari teman-teman geng mereka atau para penonton
yang menonton aksinya, sayangnya dalam hal ini polisi atau pihak yang
bertanggung jawab seakan membiarkan para pelaku balap liar melakukan aksinya
dengan leluasa, Menanggapi tentang semakin maraknya Balapan Liar di Ibu Kota
atau kota-kota lainnya, kita miris mendengarnya apa lagi oknum dari sang joki
balap liar ini di dominasi oleh para remaja yang masih menginjak bangku sma
bahkan ada yang masih smp, seharusnya para remaja ini melakukan hal-hal yang
positif yang dapat menguntungkan diri sendiri dan orang lain, kalau mereka
melakukan aksi balapan liar otomatis mereka melakukan aksinya pada malam hari
sekitar jam 12-4 subuh dan besok adalah waktunya mereka sekolah akhinya yang
harusnya besok sekolah mereka jadi malas dan mereka bolos karena takut di
marahi orang tua. Pada gilirannya orang tua harus berurusan dengan sekolah,
karena anak-anak yang sering bolos sekolah.Hal ini akan berdampak tidak baik
untuk hubungan antara orang tua dan anak, jika hal tersebut terus berlanjut
maka anak-anak akan mencari pelarian yang lainnya, misalnya narkoba dan yang
lainnya yang akan membuat anak semakin jauh menyimpang dari kehidupan yang
lebih baik bagi masa depannya, pahal aksi balapan liar tersebut terbilang
sangat nekat karena belum tentu joki yang sudah terlatih dalam bidang otomotif
apa lagi banyak dari joki tidak memakai helm dan pakain yang khusudiperuntukan
untuk balapan mereka hanya memakai celana panjang dan kaos betapa nekatnya
mereka semua, belum lagi polusi suara yang di timbulkan karena rata-rata dari
para oknum pembalap liar memakai kenalpot racing yang menimbulkan suara yang
sangat berisik dan menganggu warga yang memikiki rumah di daerah sekitar da
sangat menganggu para pengguna jalan,Ternyata dari pengalaman mereka bahwa
balapan liar tersebut sudah sengaja diadakan yang dikoordinir oleh pemilik
bengkel agar mereka mau dibujuk untuk memodifikasi mesin motor mereka sekalipun
motor mereka masih baru dibelikan oleh orang tuanya dengan cara kredid (baru 5
bulan sudah 2 kali turun mesin atau jebol dengan biaya yang tidak sedikit), ini
akan sangat terasa pada saat krisis ekonomi global sekarang ini.
Kegiatan balapan motor tersebut ternyata
sudah ada “kerja sama” dengan oknum dari aparat kepolisian setempat untuk
mendapatkan “bocoran” apabila akan diadakan razia dengan cara menyuruh mereka
pindah.
4. Minum Miras
Ada kabar yang pasti tidak
menyenangkan bagi para pengguna narkoba, khususnya Marijuana atau ganja, dan
miras. Sebuah studi yang dilakukan The University of New Mexico School of
Medicine baru-baru ini menemukan bahwa minuman keras & ganja dapat membawa
dampak buruk terhadap kecerdasan dan kesehatan mental remaja. Studi tersebut
membandingkan kemampuan mental remaja pengguna narkoba, yaitu ganja serta
minuman keras, dengan kemampuan mental remaja yang bebas dari narkoba. Secara
keseluruhan, penelitian ini semakin membuktikan bahwa ganja dan miras sangat
berbahaya dan berdampak buruk bagi kecerdasan dan kesehatan mental generasi
muda. |
Dalam penelitian yang hasilnya
dilaporkan dalam the Alcoholism: Clinical and Experimental Research tersebut,
sebanyak 48 remaja belasan tahun dibagi ke dalam tiga kelompok yang terdiri
dari remaja pengguna narkoba (ganja) & miras, remaja bebas narkoba, serta
remaja non-pengguna tapi memiliki orang tua pecandu alkohol. Penelitian itu
menemukan bahwa semakin banyak minuman keras yang dikonsumsi seorang ABG,
semakin buruk hasil ujian yang diperolehnya. Remaja belasan tahun yang
mengkonsumsi miras mendapat hasil buruk dalam tes kemampuan kognitif.
Penelitian dampak narkoba tersebut juga menemukan bahwa ganja atau marijuana
berdampak buruk terhadap kemampuan memori atau daya ingat.
Remaja ABG yang mengkonsumsi
narkoba maupun miras memiliki masalah atau kelemahan dalam kemampuan
memperhatikan, mengingat, dan memproses informasi secara cepat. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa minuman keras bagi remaja dapat menurunkan kemampuan
fungsi eksekutif, atau kemampuan kognitif, dan dapat menurunkan kemampuan
remaja dalam memfokuskan perhatian dalam waktu relatif lama.
Professor Robert Thoma dari
University of New Mexico School of Medicine menyatakan bahwa, “Kekhawatiran
kita adalah jika anak-anak mulai mengkonsumsi minuman keras pada usia dini,
maka dampaknya bisa terasa sepanjang hidup mereka. Data-data yang kami peroleh
semakin membenarkan anggapan itu."
Naah, jika anda termasuk
seorang remaja pemakai narkoba dan minuman keras, berhentilah sebelum
terlambat. Atau jika ada teman anda atau seseorang yang anda ketahui memakai
narkoba dan miras, ajak dan nasehati mereka untuk berhenti. Ingat, Indonesia
membutuhkan generasi muda yang sehat jiwa raga, dengan kemampuan intelektual
yang relatif tinggi. Apa yang bisa diharapkan untuk membangun negeri tercinta
ini, jika generasi muda Indonesia memiliki kemampuan berpikir hanya setara
Pentium 1 atau 2 akibat kecanduan narkoba? Mari bersama-sama perangi narkoba.
Say No to Drugs!
5. Bolos Sekolah
Membolos dapat diartikan
sebagai perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat,
atau membolos juga dapat dikatakan sebagai ketidakhadiran siswa tanpa adanya
suatu alasan yang jelas. |
Membolos merupakan salah satu
bentuk dari kenakalan siswa, yang jika tidak segera diselesaikan atau dicari
solusinnya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. Oleh karena itu
penanganan terhadap siswa yang suka membolos menjadi perhatian yang sangat
serius.
Penanganan tidak saja dilakukan oleh
sekolah, tetapi pihak keluarga juga perlu dilibatkan. Malah terkadang penyebab
utama siswa membolos lebih sering berasal dari dalam keluarga itu sendiri. Jadi
komunikasi antara pihak sekolah dengan pihak keluarga menjadi sangat penting
dalam pemecahan masalah siswa tersebut.
Tanpa disadari, pihak sekolah bisa
jadi menyebabkan perilaku membolos pada remaja, karena sekolah kurang memiliki
kepedulian terhadap apa yang terjadi pada siswa. Awalnya barangkali siswa
membolos karena faktor personal atau permasalahan dalam keluarganya. Kemudian
masalah muncul karena sekolah tidak memberikan tindakan yang konsisten, kadang
menghukum kadang menghiraukannya. Ketidakkonsistenan ini akan berakibat pada
kebingungan siswa dalam berperilaku sehingga tak jarang mereka mencoba - coba
membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku membolos adalah faktor
tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan melakukan penegakan disiplin
sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas dengan sangsi - sangsi yang dipaparkan secara
eksplisit, termasuk peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku
membolos dapat diminimalkan.
Selanjutnya, faktor lain yang
perlu diperhatikan pihak sekolah adalah kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung di sekolah. Dalam menghadapi siswa yang sering membolos, pendekatan
individual perlu dilakukan oleh pihak sekolah. Selain terkait dengan
permasalahan pribadi dan keluarga, kepada siswa perlu ditanyakan pandangan
mereka terhadap kegiatan belajar di sekolah, apakah siswa merasa tugas - tugas
yang ada sangat mudah sehingga membosankan dan kurang menantang atau sebaliknya
sangat sulit sehingga membuat frustasi.
Tugas pihak sekolah dalam
membantu menurunkan perilaku membolos adalah mengusahakan kondisi sekolah
hingga nyaman bagi siswa - siswanya. Kondisi ini meliputi proses belajar
mengajar di kelas, proses administratif serta informal di luar kelas.
Dalam seting sekolah, guru memiliki
peran penting pada perilaku siswa, termasuk perilaku membolos. Jika guru tidak
memperhatikan siswanya dengan baik dan hanya berorientasi pada selesainya
penyampaian materi pelajaran di kelas, peluang perilaku membolos pada siswa
semakin besar karena siswa tidak merasakan menariknya pergi ke sekolah. Salah
satu cara yang dapat dilakukan guru untuk memperhatikan siswa sehingga mereka
tertarik datang dan merasakan manfaat sekolah adalah dengan melakukan
pengenalan terhadap apa yang menjadi minat tiap siswa, apa yang menyulitkan
bagi mereka, serta bagaimana perkembangan mereka selama dalam proses
pembelajaran.
Dengan perhatian seperti itu siswa
akan terdorong untuk lebih terbuka terhadap guru sehingga jika ada
permasalahan, guru dapat segera membantu. Dengan suasana seperti itu siswa akan
tertarik pergi ke sekolah dan perilaku membolos yang mengarah pada kenakalan
remaja dapat dikurangi.
6. Sex Bebas
Seks bebas adalah hubungan seksual
yang dilakukan pra nikah (tanpa menikah) dan sering berganti pasangan. Seks
bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse atau
kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang di pandang tidak wajar. Tidak
terkecuali bukan saja oleh agama dan negara, tetapi juga oleh filsafat.
Ironinya perilaku itu nyatanya cenderung disukai oleh anak muda, terutama
kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses
pematangan. Munculnya trend hubungan seks bebas, kurangnya kontrol dari orang
tua dalam menanamkan nilai kehidupan yang religius dan tersedianya prasarana
untuk melakukan tindakan asusila membuat remaja semakin sulit mengambil
keputusan mengenai perilaku seksual yang bertanggung jawab dan sehat. |
Seks pranikah adalah melakukan
hubungan seksual (intercourse) dengan lawan jenis tanpa ikatan perkawinan yang
sah. Perilaku seksual menurut Imran adalah perilaku yang didasari oleh dorongan
seksual atau keinginan dan mendapatkan kesenangan organ seks melalui berbagai
perilaku termaksuk berhubungan intim. Wagner dan Yatim mengatakan, keterlibatan
secara seksual dengan orang lain bukan hanya dengan bersenggama, berciuman,
berpelukan, membelai, berpegangan tangan, fantasi, memijat bahkan telanjang dan
ungkapan seksual lainya dan memberi dan merespon perasaan senang atau
kenikmatan terhadap diri sendiri atau pasangan adalah tindakan seksual.
Ada dua dampak yang ditimbulkan
dari perilaku seks di kalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular
seksual. Seperti kita ketahui bahwa banyak dampak buruk dari seks bebas dan
cenderung bersifat negatif seperti halnya: kumpul kebo, seks bebas dapat
berakibat fatal bagi kesehatan kita. Tidak kurang dari belasan ribu remaja yang
sudah terjerumus dalam seks bebas. Para remaja melakukan seks bebas cenderung
akibat kurang ekonomi. Seks bebas dapat terjadi karena pengaruh dari lingkungan
luar dan salah pilihnya seseorang terhadap lingkungan tempatnya bergaul.
Saat-saat ini di kota besar sering terjadi razia di tempat-tempat hiburan malam
seperti diskotik dan tempat berkumpul para remaja lainnya dan yang paling
sering tertangkap adalah anak-anak remaja.
Seks bebas sangat berdampak buruk
bagi para remaja, dampak dari seks bebas adalah hamil di luar nikah, aborsi,
dapat mencorengkan nama baik orang tua, diri sendiri, guru serta nama baik
sekolah. Padahal seks bebas bukanlah segalanya. Dimana mereka hanya mendapat
kenikmatan semata, sedang mereka tidak memikirkan akibat yang harus mereka
tanggung seumur hidup. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi remaja yang
terjerumus di dalam seks bebas. Bayangkan saja jika seluruh remaja ada di
Indonesia terjerumus dalam seks bebas, apa jadinya nasib bangsa kita ini jika
remaja yang ada tidak memiliki kemampuan berfikir dan fisik yang baik, tentunya
pembangunan tidak akan berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Adanya pendidikan agama di sekolah
sangat bermanfaat bagi pelajar, terutama dalam pengendalian diri. Karena agama
memiliki dogma yang tegas dan sanksi bagi yang melanggar. Melalui pendidikan
agama, pelajar dibekali iman dan kesabaran melawan hawa nafsu. Ketika mereka
bisa mengendalikan imannya, tidak ragu mereka akan sukses meraih prestasi dan
terhindar dari hal-hal yang berkaitan dengan seks bebas.
Selain agama, pendidikan
kewarganegaraan juga bisa dijadikan media pendidikan untuk menjauhi seks.
Didalam pelajaran kewarganegaraan mengulas beberapa aturan hukum mengenai seks
bebas atau pornografi dan sanksi yang diberikan bagi yang melakukan. Hal ini
dapat mengekang para pelajar untuk tidak melakukan hal tersebut dan senantiasa
berbuat baik.
2.4 Penyebab
Kenakalan Remaja
Perilaku
‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
a. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis
pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya
identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua.
b. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa
mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak
dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang
telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
a. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya
komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga
bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga
pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau
penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan
remaja.
b. Teman sebaya yang kurang baik
c. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang
baik.
Sedangkan menurut Kumpfer dan
Alvarado, Faktor faktor Penyebab kenakalan remaja antara lain:
a. Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak
mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
b. Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua
(modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.
c. Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas,
pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
d. Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada
anak.
e. Rendahnya kualitas hubungan orang tua-anak.
f . Tingginya konflik dan perilaku agresif yang terjadi
dalam lingkungan keluarga.
g. Kemiskinan dan kekerasan dalam lingkungan keluarga.
h. Anak tinggal jauh dari orangtua dan tidak ada
pengawasan dari figur otoritas lain.
i. Perbedaan budaya tempat tinggal anak, misalnya
pindah ke kota lain atau lingkungan baru.
j. Adanya saudara kandung atau tiri yang menggunakan
obat-obat terlarang atau melakukan kenakalan remaja.
2.5 Peranan Keluarga terhadap Kenakalan
Remaja
Seseorang mengatakan
bahwa keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap individu. Sebelum anak
mengenal lingkungan yang luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan
keluarganya. karena itu sebelum anak anak mengenal norma-norma dan nilai-nilai
masyarakat, pertama kali anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di keluarganya untuk
dijadikan bagian dari kepribadiannya.
Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek
positif maupun negative. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan
lingkungan yang sangat penting bagi remaja.
Menurut Mu’tadin (2002) remaja sering mengalami dilema yang sangat besar
antara mengikuti kehendak orang tua atau mengikuti kehendaknya sendiri. Situasi
ini dikenal dengan ambivalensi dan hal ini akan menimbulkan konflik pada diri
remaja. Konflik ini akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri,
sehingga sering menimbulkan hambatan dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya, bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja
menjadi frustasi dan memendam kemarahan yang mendalam kepada orang tuanya dan
orang lain disekitarnya. Frustasi dan kemarahan tersebut seringkali di
ungkapkan dengan perilaku perilaku yang tidak simpatik terhadap orang tua
maupun orang lain yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain
disekitarnya.
Penilitian yang dilakukan BKKBN pada umunya masalah antara orang tua dan
anaknya bukan hal hal yang mendalam seperti maslah ekonomi, agama, social,
politik, tetapi hal yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, pakaian
dan penampilan.
Menurut Nalland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orangtua
terhadap anaknya pada saat memesuki usia remaja, yakni :
a. Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan
berbicara
b. Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan
mempertimbangkan dan melindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena
cara berfikir yang belum matang. Kebebasan yang dilakukan remaja terlalu dini
akan memudahkan remaja terperangkap dalam pergaulan buruk, obat-obatan
terlarang, aktifitas seksual yang tidak bertanggung jawab dll
c. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi
positif yang memungkinkan mereka mendapat pengalaman dan teman baru,
mempelajari berbagai keterampilan yang sulit dan memperoleh pengalaman yang
memberikan tantangan agar mereka dapat berkembang dalam berbagai aspek
kepribadiannya.
d. Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang
authoritative, yaitu dapat bersikap hangat, menerima, memberikan aturan dan
norma serta nilai-nilai secara jelas dan bijaksana. Menyediakan waktu untuk
mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa memberikan dukungan pada pendapat
anak yang benar.
2.6 Pergaulan
Remaja
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan
oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa
manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai
makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu.
Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan
yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat
berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang
positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan
bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari
jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah
terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru
yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak. Pergaulan remaja berupa
tekanan teman bahkan sahabat, yang bias disebut dengan rasa solidaritas, ingin
diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan
remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja.
2.7 Remaja dan
Lingkungan Sosial
Lingkungan social meliputi teman sebaya, masyarakat
dan sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi remaja, karena
selain dirumah sekolah adalah lingkungan kedua dimana remaja banyak melakukan
berbagai aktifitas dan interaksi social dengan teman-temannya.
Masalah yang dialami remaja yang bersekolah lebih
besar dibandingkan yang tidak bersekolah. Hubungan dengan guru dan teman-teman
di sekolah, mata pelajaran yang berat menimbulkan konflik yang cukup besar bagi remaja. Pengaruh guru juga
sanagt besar bagi perkembangan remaja, karena guru adalah orang tua bagi remaja
ketika mereka berada disekolah.
Pada masa remaja, hubungan social memiliki peran yang
sangat penting bagi remaja. Remaja mulai memperluas pergaulan sosialnya dengan
teman teman sebayanya. Remaja lebih sering berada diluar rumah bersama teman
teman sebayanya, karena itu dapat dimengerti bahwa pengaruh teman-teman
sebayanya pada sikap, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daripada
pengaruh orang tua.
Brown (1997) menggambarkan empat cara khusus,
bagaimana terjadinya perubahan kelompok teman sebaya dari masa kanak-kanak ke
masa remaja :
a. Remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman
sebaya dibandingkan pada anak-anak. Pada usia 12 tahun, remaja awal mulai
menjauhkan diri dari orang dewasa dan mendekatkan diri dengan teman sebaya.
b. Remaja berusaha menghindari pengawasan yang ketat
dari orang tua dan guru dan ingin mendapatkan kebebasan. Mereka mencari tempat
untuk bertemu dimana mereka tidak terlalu diawasi. Meskipun dirumah mereka
ingin mendapatkan privasi dan tempat dimana mereka dapat mengobrol dengan teman
temannya tanpa didengar oleh keluarganya.
c. Remaja mulai banyak berinteraksi dengan teman
sebaya dari jenis kelamin yang berbeda. Walaupun anak perempuan dan laki laki
berpartisipasi dalam kegiatan dan berkelompok persahabatan yang berbeda selama
masa pertengahan kanak-kanak, tetapi pada masa remaja interaksi dengan remaja
yang berbeda jenis semakin meningkat, sejalan dengan semakin menjauhnya remaja
dengan orang tua mereka.
d. Selama masa remaja, kelompok teman sebaya menjadi
lebih memahami nilai-nilai dan perilaku dari sub-budaya remaja yang lebih
besar. Mereka juga mengidentifikasikan diri dalam kelompok pergaulan tertentu.
PENCEGAHAN KENAKALAN
REMAJA
A. Tindakan
Preventif
Usaha pencegahan timbulnya
kenakalan remaja secara umum.
1. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja
2. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para
remaja. Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya
penyaluran dalam bentuk kenakalan.
3. Usaha pembinaan remaja :
a. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapinya
b. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan
keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama,
budi pekerti dan etiket.
c. Menyediakan sarana-sarana dan meciptakan suasana yang optimal demi
perkembangan pribadi yang wajar.
d. Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga
maupun masyarakat di mana terjadi banyak kenakalan remaja.
Dengan usaha pembinaan
yang terarah para remaja akan mengembangkan diri dengan baik sehingga
keseimabnagn diri akan dicapai dimana tercipta hubungan yang serasi antara
aspek rasio dan aspek emosi. Pikiran yang sehat akan mengarahkan mereka ke
perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam
menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
Usaha pencegahan kenakalan remaja
dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja.
Pendidikan mental di sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog
sekolah bersama dengan para pendidik lainnya.
Sarana pendidikan lainya mengambil peranan
penting dalam pembentukan pribadi yang wajar dengan mental yang sehat dan kuat.
Misalnya kepramukaan, dan yang lainnya.
Usaha pendidik harus diarahkan
terhadap remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi
setiap penyimpangan tingkahlaku remaja di rumah dan di sekolah.
Pemberian bimbingan terhadap remaja
tersebut bertujuan menambah pengertian remaja mengenai:
a. Pengenalan
diri sendiri : menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
b. Penyesuaian
diri : mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
tersebut.
c. Orientasi
diri : mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi
dan sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan
etik.
Bimbingan yang dilakukan dengan dua
pendekatan:
1. Pendekatan
langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada si remaja itu
sendiri.
Melalui percakapan
mengungkapkan kesulitan si remaja danmembantu mengatasinya.
2. Pendekatan
melalui kelompok di mana ia sudah
merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil tersebut:
a. Memberikan wejangan secara umum dengan
harapan dapat bermanfaat.
b. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk
bertingklaku baik dan merangsang hubungan sosia; yang baik.
c. Mengadakan kelompok diskusi dengan
memberikan kesempatan mengemukaka pandangan dan pendapat para remaja dan
memberikan pengarahan yang positif.
d. Dengan melakukan permainan bersama dan
bekerja dalam kelompok dipupuk solidaritas dan persekutuan denga Pembimbing.
B.
Tindakan Represif
Usaha menindak pelanggaran
norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap
setiap perbuatan pelanggaran.
a. Di
rumah, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku.
Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orangtua terhadap
pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanan tata tertib harus
dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi
yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan dan umur.
b. Di
sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam pelaksanan hukuman terhadap
pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa hal guru juga berhak bertindak.
Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun pengeluaran dari sekolah
merupakan wewenang kepala sekolah. Guru san staf pembimbing bertugas
menyampaikan data mengenai pelanggaran dan kemungkinan-kemungkinan pelanggaran
maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan diberikan dalam
bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar dan
orang tua, melakukan pengawasan kh usus oleh kepala sekolah dan team guru atau
pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergabtung
dari macam pelanggaran tata tertib sekolah yang digariskan.
C. Tindakan
Kuratif dan Rehabilitasi
Dilakukan setelah tindakan pencegahan
lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkahlaku si pelanggar
remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui
pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus
maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.
Dari pembahasan mengenai
penanggulangan masalah kenakalan remaja ini perlu ditekankan bahwa segala usaha
harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa.
Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat, sehat badani
dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan iman sebagai anggota masyarakat, bangsa
dan tanah air.
Kenakalan
remaja merupakan gejala umum, khususnya terjadi di kota-kota besar yang
kehidupannya diwarnai dengan adanya persaingan-persaingan dalam memenuhi
kebutuhan hidup, baik yang dilakukan secara sehat maupun secara tidak sehat.
Persaingan-persaingan tersebut terjadi dalam segala aspek kehidupan
khususnya kesempatan memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Betapa kompleksnya
kehidupan tersebut memungkinkan terjadinya kenakalan remaja.
Penyebab kenakalan remaja sangatlah
kompleks, baik yang berasal dari dalam diri remaja tersebut, maupun penyebab
yang berasal dari lingkungan, lebih-lebih dalam era globalisasi ini pengaruh
lingkungan akan lebih terasa. Pemahaman terhadap penyebab kenakalan remaja
mempermudah upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasinya. Upaya-upaya
tersebut dapat bersifat preventif, represif, dan kuratif.
Tanggung jawab terhadap kenakalan
remaja terletak pada orangtua, sekolah, dan masyarakat, khususnya para pendidik
baik yang ada di keluarga (orangtua), sekolah (guru-guru dan para guru
pembimbing) maupun para pendidik di masyarakat, yakni para pemuka agama dan
tokoh-tokoh masyarakat.